Sejarah Singkat
Sejarah kota Medan bisa dilacak hingga lebih dari 400 tahun yang lalu, pada tahun 1590 saat Guru Patimpus Sembiring Pelawi, dari suku Karo membuka hutan diantara sungai Deli dan sungai Babura lalu membangun sebuah desa (Bahasa Karo : Kuta) bernama Madan. Beliau juga membangun beberapa hunian berupa Rumah Adat Karo. Di Kuta Madan, beliau menikahi Puteri Raja Pulu Berayan Merga Tarigan. Kuta Madan inilah yang kelak akan dikenal dengan sebutan Medan.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang Melayu mulai berdatangan untuk tinggal di Medan dan Medan menjadi wilayah Deli. Sultan Deli kemudian pindah dari Labuhan Deli ke Istana Maimon di Medan dan para Sultan Deli juga dinobatkan oleh 4 Raja Urung Karo. Sampai detik ini, keturunan dari pendiri Medan, Guru Patimpus Sembiring Pelawi yakni Datuk Adil Freddy Haberham Sembiring Pelawi masih menjabat sebagai Wazir di Kesultanan Deli.
Setelah menjadi Ibukota Deli, Medan berubah menjadi kota besar. Orang-orang Tionghoa pun ikut membangun Medan dan kemudian bersama Belanda, mengembangkan usaha perkebunan tembakau. Belanda bersama dengan Kapitan Cina, Tjong A Fie kemudian ikut memperindah kota Medan hingga dijuluki sebagai Kota Paris di Pulau Sumatra. Kemajuan kota Medan menarik perhatian orang-orang di Semenanjung Malaya baik Melayu, Tamil ataupun Tionghoa untuk pindah kesana hingga Inggris terpaksa menahan agar tidak ada warga Malaya yang pindah ke Medan.
Melihat kemajuan Medan, Dr. H. Van Der Veen sampai berujar, “Molukken is het verleden, Java is het heden en Sumatra is de toekomst“. Artinya adalah, “Maluku adalah masa lalu, Jawa masa sekarang dan Sumatra adalah masa depan”.
Rencana Perjalanan
Hari Pertama: Tiba di Medan – Lapangan Merdeka – Kesawan – Istana Maimun – Masjid Raya
Anda akan dijemput oleh tim Neosphere di Bandara Internasional Kuala Namu atau Terminal Amplas, sesuai dengan metode perjalanan yang Anda pilih. Setelah itu, rombongan akan berangkat menuju Lapangan Merdeka yang terletak di pusat kota Medan dan mengelilingi Kesawan yang penuh dengan bangunan kuno dari zaman penjajahan Belanda. Setelah makan siang di Pajak Ikan, rombongan akan mengunjungi Museum Tjong A Fie yang dahulu pernah menjadi kediaman Kapitein der Chinezen di Deli. Selanjutnya, peserta akan mengunjungi Istana Maimun dan Masjid Raya, yang menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kesultanan bercorak Melayu di Medan. Setelah itu, rombongan berangkat menuju hotel untuk beristirahat. Peserta dipersilakan untuk menikmati suasana malam di Medan.
Hari Kedua: Graha Bunda Maria Annai Velangkanni – Museum Negeri Sumatra Utara – Asia Mega Mas
Pagi hari, selepas sarapan, rombongan bersiap untuk berangkat menuju Graha Bunda Maria Annai Velangkanni, sebuah gereja Katolik bercorak Tamil yang terletak sekitar 11 kilometer dari pusat kota Medan. Peserta yang beragama Katolik dipersilakan untuk berdoa dan melakukan ziarah rohani. Setelah makan siang, peserta akan melanjutkan perjalanan menuju Museum Negeri Sumatra Utara yang untuk menikmati koleksi benda-benda Sejarah dari Sumatra Utara dan sekitarnya. Setelah itu, rombongan berangkat menuju Asia Mega Mas untuk menikmati makan malam sekaligus jajanan malam hari yang berkesan. Selanjutnya, rombongan berangkat menuju hotel untuk beristirahat.
Hari Ketiga: Raun-Raun – Pulang
Pada hari ketiga, peserta bebas raun-raun Kota Medan. Siang atau sore hari, rombongan akan melanjutkan perjalanan pulang ke kota masing-masing.
Biaya Pendaftaran Public Tour
Rp1.500.000,- per peserta
(Minimal peserta 3 orang)
Biaya sudah termasuk:
- Penginapan dan hotel;
- Sarapan dan makan siang;
- Ongkos supir dan transportasi;
- Tiket masuk di lokasi wisata;
- Ongkos Pemandu Wisata;
Biaya belum termasuk:
- Tiket perjalanan menuju Medan;
- Asuransi pribadi;
- Pengeluaran pribadi selama perjalanan.
Untuk melakukan pendaftaran atau mengubah rencana perjalanan, segera hubungi WhatsApp kami: 0859-4669-7450